BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Thursday, August 20, 2009

Prosesi Siraman

Jumat 7/8/09. Sejak pagi tetamu keluarga dan warga sekitar sudah mulai berdatangan. Tak putus-putusnya yang datang, mengalir.. Walau pegel, tapi seneng juga, banyak yang memberi perhatian dan doa untuk kami melepas asa lajang, menjalankan sunahnya Rosul SAW.Yang didapur juga tak kalah sibuknya menyiapkan makanan but tetamu dan juga untuk acara siraman. Soalnya dari perias tidak menyiapkan tumpeng robyong, cengkir gading, jajan pasar dan dawet. Jadilah made in sendiri.

Sekitar jam 2 an, Bu Ning dan kru sudah rawuh. membawa beberapa koper besar, nyicil buat acara besok pagi. Langsung deh di dipermak muka Tya ini. Enggak tebel sih, cuma di kasih sama bedak, soalya kan mau mandi, lucu kan kalo mandi tapi riasannya menor, setelah itu dipake'i jarit kayak batik jumputan warna merah ama hiasan melati. Bapak ibu juga sudah mulai bersiap dirias, gantian, soalnya tamu yang datang banyak, jadi nggak enak kalau yang punya hajat nggak kelihatan.

Kakak, mama, ama bapak juga dipersiapkan sama asistennya bu Ning untuk acara prosesi siraman juga setelah Tya. Keluarga Kakak J sampai di Rumah Ibu setelah Jum'atan.

Filosofi awalnya, Siraman ini dilakukan dirumah masing-masing sebelum akhirnya keluarga laki-laki datang ke rumah keluarga calon pengantin Wanita untuk acara midorareni. Tapi berhubung rumah kakak nun jauh disana dan untuk alasan ke praktisan akhirnya siraman kami ini dilaksanakan di rumah di Magelang dua-duanya.

Sekitar jam 3an, Pak Nadar selaku MC sudah siap dengan beskap dan balngkonnya. Alunan gending juga mulai terdengar sampai kamar Tya. Bu Ning mulai memanggil Bapak sama Ibu Tya agar acara bisa segera di mulai.

Siraman, menurut filosofi Jawa yang diceritakan Bu Ning adalah membersihkan diri, menurut islam mungkin sama dengan bersuci. bersih bersih, membersihkan jiwa raga untuk menyongsong kehidupan baru. Terutama bagi CPP yang nantinya akan ditanami benih itu kalau dalam keadaan bersih akan lebih baik. Nah karena di Jawa, maka ditambahi dengan beberapa rangakaian adat yang njawani lengkap dengan filosofinya. Pertama, Tya jalan sambil jongkok (hehe ini rada susah, meskipun jaritnya nggak sempit2 amat, tapi tetep aja sempit), dari depan pintu kamar sampai di depan ibu. Jengkeng kemudian sujud, Sungkem pangabekti, mohon maaf atas segala kesalahan dan kenakalan semasa tya hidup, serta mohon doa restu untuk menapaki kehidupan berumah tangga. Setelah ke Ibu kemudian pindah ke Bapak. Ini rasanya haru.. pas latihan hampir saja air mata ini netes, inget jaman dulu pas nuakale gak ketulungan, sering ngerepotin beliau2nya ini. Tapi pas beneran ko nggak jadi nangis ya, saole pas jalan, hampir mo jatuh, dan ibu juga udah senyum2 hehehe.

Selesai sungkem Tya digandeng bapak sama ibu keluar menuju tempat siraman(lucunya.. tya lupa pake sendal)kemudian didudukkan. bapak sama ibu menerima air 7 sumber dari bu Ning yang ada di bokor kecil, kemudian dicampur dengan air yang ada di bokor besar. Ib mengambilkan air untuk siraman Kakak dan diserahkan kembali ke bu Ning.
Dan bapak memulai acara siraman dengan mengguyur air dikepala, pundak kanan, pundak kiri dan byur.. basah deh semuanya. Lalu dilanjutkan ibu dan tetua tetua lainnya, diakhiri oleh Bu Ning. Denger2 kemaren mau pakai air anget, tapi koq lama-lama dingin juga ya, ditambah ama baju basah yang melekat niy, sampai menggigil. Tau-taunya ternyata emang pake air dingin... wew kebayang deh gimana, air dingin di Magelang udah kaya air kulkas.

Potong Rikmo
Memotong rambut anakan, dengan filosofi agar sifat kakanak-kanakannya ditinggalkan dan berganti dengan sikap kedewasaan untuk menyongsong kehidupan rumah tangga.

Dulang pungkasan.
Ini ceritanya dulang (menyuapi) yang terakhir kali anakya sebelum anaknya menikah. Di tumpeng robyong, terdapat ingkung (ayam utuh badannya, tapi dah nggak ada dalemnya), diambillah ceker( filosofinya biar bisa ceceker= mencari makan) dan kepalanya (filosofinya biar bisa jadi kepala= pemimpin).
Bapak menyuapi nasi dan ibu yang memberikan minumnya.
Pecah Kendi.
Ada kendi yang telah dipersiapkan bu Ning, untuk dipecah Bapak dan Ibu sambil berkatan "Niate ora mecak kendi, tapi niat mecah pamore anakku". Pyar.. Mantabh deh Bapak ma Ibu, sekali banting langsung pecah kenci itu berkeping2.

Nah ini niy yang bikin H2C, Ngentasake.
Ini ternyata bapak sama ibu nggendong Tya. Glek.. wew.. nggak enak juga niy sama bapat ibu, walo minggu2 sebelumnya berat badan stabil cenderung turun, tapi kan masih diatas 50an. Kuat nggak ya.. kuat nggak ya.. Kata bu Ning, cuma buat syarat, dua langkah nggak papa. Eh.. ternyata bapak sama ibu masih kuat angkat Tya, sampai diteras pula, karna Tya lupa pake sendal, "ndak kotor sikile(nanti kotor kakinya kalau cuma didit)" kata ibu. Habis itu tya mandi deh, Gantian sama Kakak.

Acara Siraman kaka sebagian besar sama kayak acaranya adek,cuma aku minta sama pak Nadar untuk diterjemahkan dalam bahas Indonesia. Nah nanti pada thingak-thinguk kalau pakai bahasa kawi begitu, nggak ada yang ngerti maksudnya, Tya aja nggak semua kata2 yang pak Nadar ucapin ngerti artinya, tapi bisa nangkeplah maksudnya.
Soal Dulang pungkasan, ini sempat buat kakak H2C, beliau inikan nggak doyan ceker, cenderung geli ya sama ceker, untung Bapak nggak jail ngasihin ceker nya supaya dimakan, coba kalau dikasihin, hehehe entah ama yang terjadi. Disini kakak makannya lahap, laper katanya, soalnya kedinginan. Kedinginan kaka lebih keliahatan, karna beliau nggak dimake up dan bajunya basahan aja ditambah angin sore yang semilir itu sampai bibir kakak gemeteran. Ini bikin ibu ribut nyari air anget dan ribut dicariin karna tiba2 ibu ilang dari acara. hehehe cari2an deh.
Adalagi-adalagi, kendinya nggak pecah2, setelah beberapa kali akhirnya pecah juga. :)

Tanem Rikmo (ini salah atau bener ya.. nanti coba tya cek lagi ya)
Potongan rambut Tya dak J dijadiin satu lalu ditanam bihalaman rumah sama Bapak sama Ibu. Katanya yang buruk dimasa lalu dikubur, tinggal tersisa yang baik2 untuk menyongsong kehidupan rumah tangga.
Dodol Dawet.
Acara ini dilaksanakan oleh pihak perempuan. Ibu sama Bapak dodol dawet. Belinya pakai uang kreweng, atau pecahan genting. Laris manis, dawet ayu.. sing dodol juga ayu.. :)
Uang hasil penjualannya dikumpulin dan diberikan ke Calon Pengantin perempuan sebagai modal Hidup. Wah.. Tya dibekali Buanyak banget ama Ibu bapak. Lalu uang sama payungnya disimpen dibawah tempat tidur. (yang ini lupa filosfinya, hehe)

Selanjutnya kami masing-masing bersiap untuk acar midorareni

0 comments: